(Indramayu, Dialog)- Ribuan
hektare sawah di sejumlah desa yang kini berada diambang puso alias gagal panen
lantaran pasokan air tidak tercukupi. Sudah rawan gagal panen, kekurangan
pasokan air juga membuat tanaman padi terancam tidak tumbuh dengan normal
akibat serangan hama penyakit. Musim
kemarau tahun ini, benar-benar membuat para petani di wilayah pantura Kabupaten
Indramayu kelimpungan. Risikonya memang tinggi. Bisa mati kekeringan, atau
kalaupun bertahan hidup tanaman padi tumbuh kerdil karena kurang air, tutur
Ucup, salah seorang petani di Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu,
Minggu (31/5).
Saat
ini saja, terdapat ribuan hectare sawah di sejumlah desa yang kini berada
diambang puso alias gagal panen lantaran pasokan air tidak tercukupi. Bila
selamat dari kekeringan, ancaman hama penyakit bakal menyusul kemudian.
Hal
itu dibenarkan ketua KTNA Kecamatan Kandanghaur, Waryono. Dia menyebut,
sedikitnya 5.800 hektare sawah yang tersebar di 12 desa, terancam kekeringan
dan terserang hama penyakit. Jika tak segera diatasi, maka potensi kerugian
yang dialami para petani bisa mencapai miliaran rupiah. Hal itu berdasarkan
tingginya modal tanam yang dikeluarkan petani.
Ancaman
gagal panen terjadi menyusul minimnya pasokan air dari bending Jatiluhur di
Kabupaten Purwakarta dan dari bending Rentang yang terletak di Kabupaten
Majalengka. Sedangkan tanaman padi yang terancam kekeringan itu berumur sekitar
10-15 hari.
Petugas
POPT Kecamatan Kandanghaur, Joardi mengungkapkan, salah satu ancaman hama dan
penyakit yang patut diwaspadai oleh para petani dimusim kemarau adalah
penggerek batang atau sundep beluk. Serangan penggerek batang padi ini bisa
membuat anakan tanaman padi tumbuh kerdil atau bahkan mati dan isi gabah
menjadi hampa. “Kalau untuk hama tikus dan wereng, sejauh ini relative aman,”
ujar dia.(WANDI).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar